Assalamu alaikum,,,,,,
hmmm.... kali ini kita bakalan bahas lagi mengenai salah satu materi ajar ilmu administrasi dan managemen,
yuk disimakkk moga bermanfaat
hmmm.... kali ini kita bakalan bahas lagi mengenai salah satu materi ajar ilmu administrasi dan managemen,
yuk disimakkk moga bermanfaat
PENGGERAKAN (ACTUATING)
A.
PENGERTIAN PENGGERAKAN
Adanya rencana,
struktur organisasi, dan tenaga-tenaga yang sudah ditempatkan, barulah
merupakan bahan baku, yang perlu digerakkan dalam rangka pencapaian tujuan.
Tenaga-tenaga yang ada harus diberi tahu apa yang harus dilakukan. Karenanya
manajer harus menggerakkan, menuntun dan memberi petunjuk pada segenap aparat
pegawainya, tentang apa yang harus dikerjakan dan apa yang diharapkan padanya.
Penggerakan (actuating) berasal dari bahasa Inggris actuate yang artinya menggerakkan.
Penggerakan adalah suatu proses atau kegiatan untuk menggerakkan atau
mendayagunakan para pegawai dalam sebuah organisasi sehingga dapat melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik dalam rangka pencapaian
organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Agar manajer mau menjalankan
jabatan tersebut dengan sebaik-baiknya, perlu dilakukan penggerakan secara motivating, directing, commanding, atau leading.
Terlepas dari
soal nama/istilah, penggerakan adalah bagian yang sangat penting dari proses
manajemen. Berlainan dengan ketiga fungsi fundamental yang lain, (planning, organizing, controlling),
penggerakan khususnya berhubungan dengan orang-orang. Bahkan banyak manajer
praktis yang beranggapan bahwa penggerakan merupakan intisari dari manajemen.
Karena banyak kaitannya dengan faktor manusia itu, maka penggerakan merupakan
suatu seni dan penerapannya secara berhasil tergantung dari pemikiran yang
intensip. Menggerakkan orang atau sekelompok orang sasarannya yaitu mendapatkan
ketaatan, disiplin, kepatuhan dan kesediaan untuk mengerjakan tugas-tugas yang
dilimpahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya. Atau dengan kata lain yaitu untuk
membuat seseorang atau sekelompok orang menjadi pengikut dengan suka
menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya sesuai yang diharapkan.
Dan tujuan dari penggerakan yaitu supaya manajemen berhasil secara efektif dan
efisien.
Moekijat
(1974:p.195) mengatakan “inti dari manajemen adalah penggerakan (actuating) dan inti dari menggerakkan
adalah memimpin (leading). Siapa yang
dapat menggerakkan orang-orang yang ada di bawah kekuasaannya, berarti ia dapat
menjalankan manajemen dan siapa yang dapat memimpin orang-orang yang ada di
bawah kekuasaannya berarti ia dapat menggerakkan orang-orang itu”
B.
CIRI-CIRI PENGGERAKAN
Seperti
dijelaskan di atas bahwa penggerakan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan
agar semua anggota kelompok suka berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran yang
sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.
Sukarna (1972)
menjelaskan bahwa dalam penggerakan ini seperti halnya dalam perencanaan atau
pengorganisasian mempunyai tiga ciri utama, yaitu:
1.
Dapat menjawab
pertanyaan what, why, where, when, who,
dan how
2. Rasional, fleksibel, kontinu, pragmatis, dan
ideal
3. Tidak terlepas dari sarana manajemen (tools of management)
Siapa (Who) yang harus digerakkan itu? Untuk menjawab
pertanya-an harus dilihat dari segi kejiwaannya serta lingkungan yang
mempengaruhinya, mengingat kejiwaan dan lingkungan pegawai akan turut mempengaruhi
respons (jawaban-jawaban) terhadap perintah-perintah atau petunjuk-petunjuk
yang diberikan dari manajer. Mengapa
(Why) pegawai itu harus digerakkan? Mengingat tanpa kegiatan dari pegawai,
tujuan usaha tidak akan tercapai. Memerluka
apa (What) dalam pekerjaannya itu? Tentunya memerlukan fasilitas-fasilitas dan bimbingan
dari manajer. Kapan (When) pegawai itu harus
digerakkannya? Yaitu pada waktu-waktu yang telah ditentukan dan waktu-waktu
yang diper-lukan sesuai dengan program penyelesaian kerja.
Penggerakan
karyawan itu harus rasional, di mana
karyawan mendapat penjelasan yang sebaik-baiknya dari rencana yang akan
dilakukan, sehingga mereka mengerti betul apa yang menjadi tugasnya, dan pada
akhirnya akan bertanggung jawab. Pegawai yang melakukan pekerjaan, akan bekerja
dengan ragu-ragu, sehingga tidak bertanggung jawab. Di samping rasional, penggerakan karyawan itu harus pula pleksibel, yaitu penggerakannya bukan
dengan jalan paksaan (force) tetapi
dengan ajakan, bimbingan dan dorongan motivasi.
Dalam menggerakkan
karyawan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh memerlukan manusia yang
menggerakkan serta sarana lainnya seperti uang, dan lain-lain. Tools of management dalam penggerakan
adalah sangat penting. Mengingat apabila semangat kerja telah timbul sedangkan
sarana yang dibutuhkan untuk pelak-sanaan kerja itu tidak ada, maka akan timbul
frustrasi (ketidak-puasan/kekecewaan).
C.
MANUSIA DALAM MANAJEMEN
Pada uraian terdahulu
bahwa manajemen sebagai ilmu pengetahuan, secara populer dapat dinamakan “ilmu
mengurus kerja atau ilmu mengurus orang untuk bekerja”
Dengan demikian
yang menjadi persoalan pokok dalam manajemen adalah mengadakan
pemikiran-pemikiran tentang bagaimana pendayagu-naan manusia dalam bekerja
kearah tujuan yang telah ditentukan.
Terry dalam
bukunya “Principles of management”
mengemukakan bahwa sukses dalam manajemen sebagian besar merupakan persoalan:
1. mendapatkan orang-orang yang cakap,
2. mengatakan kepada mereka apa yang ingin
dicapai,
3. menerangkan cara mengerjakan apa yang menjadi
keinginan,
4. memberikan otoritas kepada mereka,
5. menginspirasi mereka dengan kepercayaan
terhadap mereka untuk mencapai sasaran.
Karena unsur manusia yang dominan
ini maka seorang manajer dalam melaksanakan tugasnya harus memperhatikan tiga
hal:
1. memperhatikan elemen manusia dalam semua
tindakan-tindakan mana-jerial serta masalah-masalah,
2. mencari
keterangan tentang kebutuhan apa yang dirasakan oleh setiap pekerja dan
berusaha memenuhi kebutuhan itu,
3.
memperhatikan kepentingan kelompok yang ikut serta.
Individu-individu mempunyai tujuan-tujuan yang berbeda, mereka
menempatkan nilai-nilai yang berbeda mengenai hasil-hasil yang dicapai dan
mereka mencari tujuan-tujuan tertentu yang bagi mereka paling menarik.
Di dalam organisasi harus terdapat sinkronisasi antara tujuan
organi-sasi dengan tujuan-tujuan individu para anggota organisasi. Sukses
tidaknya manajer organisasi untuk melaksanakan penggerakan sangat tergantung
dari kemampuan dari manajer merealisir adanya sinkronisasi itu.
Setiap manusia normal
mendasarkan hidupnya kepada filsafat “quid
pro quo” artinya ada ubi ada talas. Seorang akan bersedia memberi budinya,
apabila yakin ia akan menerima balas yang setimpal dengan budi yang diberikan
itu. Semakin modern pandangan hidup seseorang pada umumnya semakin sadar bahwa
tidak ada sesuatu di dunia ini yang pernah diterima oleh seseorang manusia yang
cuma-cuma. Jadi di dalam usaha sinkronisasi tujuan organisasi dan tujuan-tujuan
individu anggota-anggota sehingga dalam menggabungkan diri para anggota dengan
organisasi ada motif pemuasan kebutuhan (teori motivasi). Mengenai teori
motivasi ini, akan dijelaskan lebih detail pada bab tersendiri.
Atas dasar anggapan ini, tugas pokok
manajer ialah mengatur keadaan organisasi dan metode kegiatan sedemikian rupa
sehingga orang-orang dapat mencapai tujuan mereka sendiri sebaik-baiknya dengan
jalan mengarahkan usaha mereka sendiri kearah tujuan organisasi. Kegiatan ini
lebih merupakan suatu proses menciptakan kesempatan-kesempatan, memberi jalan
ke luar bagi potensi, menghilangkan hambatan-hambatan, mendorong pertumbuhan,
dan memberikan bimbingan. Inilah yang disebut oleh Druker sebagai “management by objectives”.
D.
FUNGSI-FUNGSI PENGGERAKAN
Agar supaya
penggerakan berhasil dengan baik, maka fungsi peng-gerakan perlu dijalankan
dengan sebaik-baiknya. Abdulrachman (1973)
menyebutkan fungsi-fungsi
penggerakan antara lain:
1. untuk mempengaruhi seseorang (orang-orang)
agar bersedia menjadi pengikut;
2. untuk melunakkan daya resistansi pada
seseorang (orang-orang);
3. untuk membuat seseorang (orang-orang) suka
mengerjakan tugasnya sebaik-baiknya;
4. untuk mendapatkan serta memelihara dan memupuk
kesetiaan, kesa-yangan, kecintaan seseorang (orang-orang) pada manajer,
tugas serta organisasi di mana ia
(mereka) bekerja;
5. untuk menanam, memelihara dan memupuk rasa
penuh tanggungjawab pada seseorang (orang-orang) terhadap tuhannya, negaranya,
masyarakat serta tugasnya
Kelima fungsi
tersebut pada hakikatnya termuat dalam lima elemen fungi, yaitu: mempengaruhi,
memerintah, membina, memotivasi, dan memberi penguatan atau pengukuhan.
E. BEBERAPA
KEGIATAN PENGGERAKAN
Sebagai tindak
lanjut perencanaan dan pengorganisasian yaitu meng-upayakan agar rencana
tersebut dikerjakan oleh orang-orang
sesuai dengan pola organisasi
yang telah ditetapkan. Beberapa aktivitas peng-gerakan yang dilakukan manajer
untuk itu. Atmosudirdjo (1975), juga Lubis dan Husein (1985), menyebutkan
sebagai berikut:
1. Komunikasi.
Mengadakan pembicaraan, rapat,
menyampaikan instruksi dengan bawahan, memberikan penerangan, memberikan
isyarat, mem-berikan keterangan, memberikan nota, briefing pelajaran, wejangan
dan sebagainya.
2. Human
Relation. Memperhatikan
nasib bawahan, memelihara keseim-bangan antara kepentingan-kepentingan pribadi,
mengembangkan kegembiraan dan semangat kerja.
3. Leadership (Kepemimpinan).
Sangat penting dalam penggerakan dan
merupakan kunci keberhasilannya, dan terdiri atas kegiatan-kegiatan menunjukkan
dan membuat bawahan merasa bahwa mereka dilindungi dan dibimbing, diberikan
penerangan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan atau masalah-masalah pekerjaan,
maupun masalah pribadi atau keluarga.
4. Pengembangan
rasa tanggung jawab. Mendidik percaya pada diri sendiri, meenyelesaikan
pekerjaan pada waktunya, pekerjaan dikerjakan sampai selesai, bertanggung jawab
terhadap pekerjaan
5. Pemberian
Komando. Memberi
instruksi, perintah, mengendalikan, meminta laporan dan pertanggungjawaban,
memberi marah/pujian kepada bawahan
6. Pengembangan
Eksekutif. Berusaha agar
bawahan selalu melaksanakan inisiatif, melaksanakan pekerjaan masing-masing
dengan baik, memper-kuat disiplin, menaikkan mutu pekerjaan, dan sebagainya.
7. Memelihara
Sikap, Moral dan Disiplin. Mendidik
dan memberi contoh kepada bawahan tentang apa yang baik atau pantas
dilaksanakan, menjaga kerukunan, ketertiban dan kesopanan
8. Mengadakan
Pengamatan/Supervisi. Selalu
mengamati tugas dan kegiatan bawahan agar perencanaan dapat berjalan dengan
baik.
9. Peransangan
atau insentif. Yaitu memberikan
sesuatu yang menyebab-kan atau menimbulkan seseorang bertindak atau melakukan
pekerjaan sesuai yang diharapkan. Insentif dapat berupa financial maupun non financial,
juga bersifat positif maupun negatif. Menurut
Lee dalam Sukarna (opcit) menyebutkan jenis-jenis insentif yang dapat menjadi
pendorong untuk dapat bekerja lebih efektif.
F. BEBERAPA
PENGHALAN DALAM PENGGERAKAN
Perhatikan gambar 9.2
1. Di sebelah kiri dapat dilihat adanya kelompok
orang atau pegawai-pegawai
2. Kelompok orang atau pegawai-pegawai tersebut
akan mudah digerakkan untuk melaksanakan suatu kegiatan apabila
keinginan-keinginannya sebagaimana yang terdapat di sebelah kanan dapat
dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Keinginan-keinginan itu adalah:
-
kepastian
mengenai jabatan,
-
penghargaan
(status),
-
penerimaan oleh
kelompok,
-
pekerjaan yang
menarik dan bermanfaat,
-
kepemimpina yang
efektif dan bermanfaat.
3. Di tengah dapat dilihat beberapa penghalang
untuk dapat memenuhi keinginan-keinginan pegawai. Halangan-halangan itu antara
lain adalah:
-
keragu-raguan
dalam memutuskan sesuatu,
-
kurangnya
keahlian dalam menggunakan manajemen,
-
kurangnya
pengetahuan tentang manusia (human
relation),
-
tidak menepati
janji-janji,
-
diskriminasi dan
pilih kasih di antara pegawai,
-
tidak dapat mengembangkan kerja sama yang kompak.
G.BEBERAPA PEDOMAN DALAM PENGGERAKAN
Terry (1960) mengemukakan bahwa penggerakan yang baik
dicapai dengan jalan memperlakukan pekerja sebagai manusia, dengan jalan adanya
keinginan untuk
melampaui pihak lain, menghargai pekerjaan yang diselesaikan dengan baik dan
mengusahakan keadilan tanpa pilih
kasih. Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa salah satu alat untuk
melaksanakan penggerakan adalah mengetahui dan memenuhi keinginan
pekerja-pekerja individu. Dalam hubungan ini, lebih lanjut Terry mengemu-kakan
beberapa pedoman sebagai berikut:
1. Kebutuhan-kebutuhan dasar orang berbeda dan
mereka mengharapkan agar diperlakukan sebagai individu
2. Diterimanya ide-ide baru serta
perubahan-perubahan lebih berjala lancar bilamana orang-orang dipersiapkan
untuk menghadapinya, perubahan-perubahan yang sekonyong-konyong sebaiknya
jangan dilakukan.
3. Kebiasaan dan emosi sangat penting untuk
menerapkan kelakuan orang-orang, “akal” kurang begitu penting
4. Orang-orang ingin m,endapatkan penghargaan untuk
pekerjaan mereka.
5. “Perasaan menjadi anggota” sesuatu kelompok
yang akseptabel dan perasaan bahwa dirinya penting merupakan tenaga-tenaga
penggerak yang kuat bagi kebanyakan orang.
6. Perasaan takut merupakan tenaga penggerak yang
kuat, akan tetapi efeknya adalah negatif dan lama kelamaan hal tersebut
berkurang.
7. Pekerja-pekerja ingin menggunakan kemampuan
mereka yang tertinggi dan ingin puas dengan pekerjaan yang telah mereka lakukan
8. Pekerja-pekerja ingin melakukan sesuatu, atas
mana mereka dapat bangga.
9. Pekerja-pekerja
menginginkan pengawas-pengawas/manajer-manajer
yang mereka hormati dan percayai.
10. Dengan jalan memberikan keterangan-keterangan
kepada para pekerja mengenai persoalan-persoalan yang berhubungan dengan mereka
menyebabkan terbentuknya suatu team yang efektif.
11. Seorang dipengaruhi oleh kelompok dari mana ia
merupakan anggota dan sebaiknya ia mempengaruhi kelakuan kelompok.
12. Kritik atau perbandingan pekerjaan seorang
pekerja dengan pekerjaan orang lain di muka umum tidak disukai oleh kebanyakan
pekerja, mereka tidak suka “kehilangan muka”.
13. Bilamana mereka salah melakukan pekerjaan maka
pekerja-pekerja ingin agar supaya kesalahan diberitahukan dengan cara yang
tepat.
14. Teguran-teguran dan tindakan-tindakan untuk
mengoreksi ditunggu oleh kebanyakan pekerja bilamana mereka melanggar cara-cara
kerja yang telah ditetapkan: kebanyakan pekerja kurang menyenangi manajer yang
“baik”
Cara kedua yang
penting dalam penggerakan adalah mengusahakan adanya dan mempertahankan
hubungan-hubungan antara anggota-anggota sesuatu kelompok.
Kelakuan kelompok
bukan hanya suatu penjumlahan kelakuan-kelakuan individu-individu yang
merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan. Suatu kelompok dapat
dipengaruhi lebih efektif dengan jalan menghadapi kelompok itu sebagai suatu
kesatuan dengan komponen-komponen kelompok tersebut atau dengan
individu-individu satu persatu
Nilai-nilai serta
kelakluan-kelakuan seorang individu berhubungan dengan kelompok di mana ia
merupakan anggotanya dan ciri-ciri kelompok berlaku dalam berbagai keadaan.
Misalnya seorang
individu yang berafiliasi dengan suatu kelompok tertentu, lazimnya tidak akan
mengubah kelakuannya dari kelakuan kelompok bilamana perubahan itu
memisahkannya atau menyebabkannya menyimpang dari kelakuan kelompok yang
berlaku.
Bilamana dipilih
seorang individu dari suatu kelompok dan kemu-dian mengindoktrinirnya dengan
latihan khusus, setelah mana ia dikem-balikan kepada kelompok maka hal tersebut
dapat menyebabkan timbulnya kesulitan dari kemajuan.
Perlu diingat
bahwa anggota-anggota suatu kelompok cenderung lebih mendengar apa yang
dikemukakan oleh anggota kelompoknya dari-pada kelompok orang “luar”
Keseluruhan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah penggerakan (actuating) sebagian terbesar pada
dasarnya adalah masalah pemberian motif (motivating)
dan pemeberian bimbingan (directing)
kepada individu-individu dalam organisasi. Sukses tidaknya kegiatan
penggerakan sebagian besar tergantung pada pemberian motif dan pemberian
bimbingan itu.
H. BERBAGAI BENTUK PEMBINGBINGAN
Sudah disebutkan terdahulu bahwa salah satu
bentuk penggerakan dengan memberi bimbingan. The Liang Gie (1978) mengemukakan
bentuk-bentuk pembimbingan adalah sebagai beriku:
1. Mendorong semangat bekerja sebaik-baiknya
2. Memerintah
3. Membina bawahan
4. Mendelegasikan kewenangan
Mendorong semangat bekerja sebaik-baiknya
Tujuan mendorong semangat kerja
sebaik-baiknya, yaitu untuk menimbulkan dan membentuk semangat kerja sama yang
baik diantara bawahan yang merupakan prasyarat untuk menggerakkan
aktivitas-aktivitas bawahan menuju tercapainya tujuan. Sebagai dasar untuk
mendorong agar bawahan menunjukkan semangat bekerja yang sebaik-baiknya,
manajer harus menginsafi pokok-pokok pengertian yang berikut:
a. Setiap pegawai (pekerja) mempunyai empat
hasrat pokok
1) pekerjaan yang tetap dengan gaji yang layak
2) kesempatan untuk menanjak
3) perasaan keagungan dan tanggung jawab
4) keinginan diperlakukan sebagai orang
b. Kekuasaan dan ancaman merupakan alat yang
terlemah untuk menggerakkan orang-orang
c. Pujian merupakan perangsang yang lebih efektif
daripada celaan
d. Contoh baik yang dijalankan sendiri oleh pihak
manajer adalah lebih utama daripada pelbagai peraturan bagi bawahan
e. Menginsafi kelemahan/kekurangan seseorang
pekerja adalah lebih penting daripada mengetahui segi-segi positifnya.
Memberikan Perintah
Perintah adalah suatu instruksi untuk
melakukan sesuatu. Memberi perintah, yaitu pihak atasan menyuruh pihak bawahan
untuk mengerjakan sesuatu, guna merealisasikan tujuan. Di dalam memberikan
perintah, seorang pemimpin harus memperhatikan faktor-faktor komunikasi sebagai
berikut:
a. Kejelasan mengenai tujuan yang hendak dicapai
dan pentingnya apa yang diperintahkan itu,
b. Komunikasi yang baik dalam pemberian perintah
itu,
c. Saluran dan tingkatan tata jenjang yang harus
diperhatikan,
d. Bentuk perintah harus diperhatikan yaitu
kapankah bentuk perintah lisan diberikan. Perintah lisan dapat diberikan dalam
hal-hal yang berikut:
1) perintah itu berisi tugas yang sederhana,
2) bawahan pernah menjalankannya,
3) perintah itu akan selesai dalam waktu singkat,
4) bila terjadi kekeliruan tidak membawa akibat
yang besar,
5) bawahan dapat sewaktu-waktu diperiksa
tugasnya,
6) keadaan darurat sehinga tidak ada waktu untuk
memberikan perintah tertulis.
Pembinaan bawahan
Membina berarti mengupayakan sesuatu supaya
lebih baik. Pembinaan bawahan adalah upaya atau tindakan yang dilakukan oleh
atasan agar bawahan melakukan kegiatannya secara secara berdaya guna dan
berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Seorang pemimpin dalam membina bawahannya
hendaknya mem-perhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Memberi petunjuk-petunjuk dan nasehat-nasehat
kepada bawahan dalam segala hal yang diperlukan.
b. Menyelenggarakan latihan jabatan untuk
bawahan.
c. Sampaikan atau beritahukan bahan-bahan yang
baik untuk bawahan bagi kesempurnaan pribadi dan pekerjaan mereka.
d. Kirim bawahan untuk meninjau instansi lain
yang baik.
e. Pelajari pekerjaan bawahan agar manajer dapat
bertanya atau bertukar pikiran dengan bawahan secara lebih mendalam.
f.
Beri kesempatan
bawahan untuk menghadiri sesuatu pertemuan kedi-nasan atau ilmiah.
Mendelegasikan wewenang atau kekuasaan
Mendelegasikan
berarti melimpahkan wewenang kepada bawahan. Ini mencakup pemberian tugas,
penyerahan otoritas/wewenang dan permintaan tanggung jawab bagi penunaian tugas
tersebut.
Pada uraian
terdahulu dirumuskan wewenang adalah hak seseorang pejabat untuk melakukan
segala tindakan yang diperlukan agar tugas-tugasnya dapat diselesaikan dengan
baik. Wewenang adalah kekuasaan yang sah untuk memerintahkan sesuatu atau
melakukan suatu tindakan. Tugas adalah suatu pekerjaan tertentu yang wajib
dilaksanakan dalam rangka suatu organisasi. Sedang tanggung jawab berarti
perikatan pada keharusan menyelesaikan secara selayaknya tugas yang dibebankan
itu.
Menyangkut
tentang delegasi atau pelimpahan wewenang ini, perlu diperhatikan adanya dua
aspek yang terkandung di dalamnya, yaitu:
a. Seseorang tidak boleh melimpahkan sesuatu yang
ia tidak miliki.
b. Yang menerima pelimpahan bertanggung jawab
dalam arti berkewajiban melaksanakan tugas yang diserahkan kepadanya dengan
baik terhadap pemberi wewenang. Walaupun tanggung jawab terakhir tetap ada pada
pihak yang memberi wewenang
Seorang pemimpin dalam mendelegasikan
kekuasaannya dapat terlaksana secara efisien dan efektif, hendaknya
memperhatikan pedoman-pedoman sebagai berikut:
a. Kepercayaan kepada bawahan artinya seorang
pemimpin yang ingin mendelegasikan kepada bawahan, berarti telah memberikan
kepercayaan kepada bawahan. Tegasnya delegasi wewenang adalah kepercayaan.
b. Batas wewenang. Seorang pemimpin dalam memberikan
delegasi we-wenang harus mengetahui sampai di mana batas-abatas kekuasaannya
yang sebenarnya.
c. Tanggung jawab, artinya antara yang menerima
delegasi dan yang memberi delegasi bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya.
d. Antara tugas dan wewenang harus seimbang
artinya seseorang yang diberikan tugas harus dibarengi dengan
otoritas/kewenangan.
e. Kemampuan menerim pendapat bawahan atau yang
menerima delegasi
f.
Membimbing
pejabat yang diserahi wewenang. Artinya apabila pejabat yang diserahi wewenang
ternyata mengalami kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan maka
kewajiban dari pejabat yang mende-legasikan wewenang untuk membimbingnya,
memberikan petunjuk-petunjuk.
g. Melakukan pengontrolan. Karena ketentuan bahwa
dalam delegasi wewenang itu pejabat atasan masih tetap ikut bertanggung jawab
maka walaupun telah diserahkan, atasan harus tetap melakukan pengontrolan
apakah pelaksanaan tugas itu sesuai dengan rencana, peraturan, perintah dan
lain-lain yang telah ditentukan. Sekalipun penyimpangan yang kecil perlu
mendapat perhatian sebab bila diabaikan akan menimbulkan penyimpangan yang
lebih banyak lagi.
h. Bahwa delegasi wewenang akan berhasil baik
apabila dipenuhi pula syarat-syarat bahwa ada kesediaan seseorang pejabat untuk
menye-rahkan sebagian wewenangnya, ada perincian tugas yang jelas serta ada
pejabat yang tepat untuk melaksanakan wewenang itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar